Tujuh Dosa yang Membinasakan
Bismillah. Was shalatu wassalamu ‘ala Rasulillah, wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in.
Saudaraku seiman yang semoga dirahmati oleh Allah Ta’ala,
dalam kehidupan sehari-hari, tentu kita tidak akan pernah lepas dari
yang namanya melakukan dosa sebagaimana sabda Rasulullah, “Setiap manusia pasti melakukan dosa, dan sebaik-baik orang yang melakukan dosa adalah orang yang bertaubat”
(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah). Dari sabda Rasulullah di atas kita bisa
menarik kesimpulan bahwasannya tidak ada satu orang pun di dunia ini
yang tidak melakukan dosa. Akan tetapi Rasulullah memberikan kabar
gembira bagi siapa saja dari umatnya yang ingin bertaubat dari dosa
dengan sebutan “sebaik-baik orang yang melakukan dosa”. Oleh karena itu, manusia yang terbaik adalah manusia yang banyak bertaubat dari dosa-dosanya.
Pembagian dosa
Menurut para ulama, dosa dibagi menjadi
dua, yaitu dosa besar dan dosa kecil. Dosa kecil ialah setiap
kemaksiatan yang dilakukan karena alpa atau lalai dan tidak
henti-hentinya orang itu menyesali perbuatannya, sehingga rasa
kenikmatannya dengan maksiat tersebut terus memudar. Adapun pengertian
dosa besar ialah setiap dosa yang mengharuskan adanya had (hukuman) di
dunia, atau yang diancam oleh Allah dengan neraka, laknat, atau
murka-Nya. Dari kedua pembagian dosa di atas, kita akan memfokuskan
pembahasan pada dosa-dosa besar dan contoh-contohnya.
Contoh-contoh dosa besar
Nabi Muhammad shallallāhu ’alaihi wa sallam bersabda, “Jauhilah oleh kalian tujuh dosa yang membinasakan”. Para sahabat bertanya, “Apa itu?”. Beliau menjawab, “Menyekutukan Allah,
sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan benar,
memakan harta anak yatim, memakan riba, melarikan diri dari peperangan,
menuduh berzina wanita-wanita mukminah yang suci.” (HR. Bukhari dan Muslim)
[1] Syirik
Para pembaca yang semoga dirahmati
Allah, tentu banyak dari kita sudah sering mendengar perkara ini, bahkan
sebagian kita mungkin saja ada yang sudah bosan mendengarnya. Memang
sudah sangat sering kita mendengarkan permasalahan syirik, namun banyak
dari kita yang masih saja terjerumus kedalamnya secara sadar atau tidak
sadar. Padahal Allah telah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya
Allah tidak mengampuni dosa syirik dan Ia mengampuni dosa yang levelnya
di bawah syirik bagi siapa yang Ia kehendaki” (QS. An Nisaa : 48).
Bahkan di dalam ayat lain, Allah mengancam pelaku kesyirikan dengan
neraka, sebagaimana firman Allah (yang artinya), “Barangsiapa yang menyekutukan Allah, sungguh Allah telah mengharamkan baginya surga dan tempat kembalinya adalah neraka”
(QS. Al Maa-idah : 72). Allah dengan tegas menyatakan bahwa perkara
kesyirikan merupakan sebuah perkara yang dapat menyeret pelakunya ke
dalam neraka. Maka apakah kita tidak lagi tertarik untuk mempelajari
perkara ini?
[2] Sihir
Sihir merupakan sebuah perkara yang
sudah terkenal di masyarakat. Sihir banyak sekali macamnya. Mulai dari
jengges, pelet, santet, dan masih banyak lagi. Ternyata praktek ini juga
sudah ada sejak zaman dahulu. Sebagaimana yang Allah ceritakan tentang
peperangan Nabi Musa dengan para penyihir fir’aun di dalam surat Thaha
yang berakhir dengan penyaliban para penyihir tersebut oleh fir’aun
karena keimanan mereka. Akan tetapi ada yang berbeda dari praktek sihir
yang ada di zaman sekarang. Kami telah melihat beberapa waktu lalu, ada
seorang dukun yang mengaku-ngaku sebagai seorang ustadz dan ia
memberikan pengobatan kepada pasiennya melalui sihir. Maka
berhati-hatilah wahai saudaraku sekalian!
[3] Membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan benar
Dewasa ini, sangat mudah sekali kita
menjumpai pembunuhan dengan beragam motifnya. Karena hutang, perampokan,
bahkan ada yang lebih parah lagi, hanya gara-gara rebutan lahan parkir,
sebagian dari kita saling membunuh. Na’udzubillah. Sudah lupakah kita dengan firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Barangsiapa
yang membunuh seorang mu’min secara sengaja, maka balasannya ialah
neraka jahannam yang ia kekal didalamnya, Allah murka kepadanya dan
melaknatnya. Lalu Ia akan menyiapkan siksaan yang besar” (QS. An
Nisaa : 93). Maka apakah kita tidak takut dengan ancaman Allah pada ayat
di atas, dengan balasan neraka jahannam bagi para pembunuh?
[4] Memakan harta anak yatim
Dan salah satu dosa besar yang kerap terjadi adalah memakan harta anak yatim. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa
yang memakan harta anak yatim secara zhalim, maka sesungguhnya mereka
telah memasukkan api ke dalam perutnya, dan mereka akan masuk ke dalam
api yang menyala-nyala” (QS. An Nisaa : 10). Apabila kita telah
diberi amanah oleh seseorang untuk mengelola dana untuk keperluan anak
yatim, maka janganlah sekali-kali kita berani memakannya dengan cara
yang zhalim. Apalagi jika kita sampai mengkorupsi harta tersebut, karena
Allah telah mengancam orang-orang yang melakukan hal tersebut dengan
neraka yang menyala-nyala. Maka berhati-hatilah terhadap harta anak
yatim wahai saudaraku.
[5] Memakan riba
Riba merupakan sebuah duri yang banyak
manusia tertusuk olehnya. Akan tetapi anehnya, banyak dari mereka yang
tidak merasakan sakitnya. Bahkan mereka merasa manis dengan
tusukan-tusukannya. Bunga yang ditawarkan oleh bank-bank konvensional
merupakan daya tarik tersendiri bagi orang yang tidak tahu. Namun
sejatinya kita harus mengetahui bahwasannya riba merupakan sebab
peperangan yang Allah umumkan kepada hamba-Nya, sebagaimana firman-Nya
(yang artinya), “Maka jika mereka tidak mengerjakannya (meninggalkan riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu.” (QS. Al Baqarah : 279). Apabila Allah telah mengumumkan peperangan kepada seorang hamba, maka apalagi yang bisa ia lakukan?
[6] Melarikan diri dari peperangan
Sungguh pembaca yang budiman, sikap di
atas merupakan sikap yang dibenci oleh Allah. Allah mengancamnya dengan
firman-Nya (yang artinya), “Barangsiapa yang membelakangi mereka
(mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk siasat perang atau hendak
bergabung dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali
dengan kemurkaan Allah, dan tempat kembalinya ialah neraka jahannam, dan
amat buruklah tempat kembalinya” (QS. Al Anfal :16). Dan hanya kepada Allah kita memohon keberanian.
[7] Menuduh wanita mukminah yang suci telah berzina
Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya
orang-orang yang menuduh wanita baik-baik yang lemah dan beriman
berbuat zina, maka mereka dilaknat di dunia dan di akhirat dan bagi
mereka siksaan yang besar” (QS. An Nur : 23). Maka siapapun orang
yang menuduh wanita mukminah telah melakukan perzinaan tanpa bisa
mendatangkan empat orang saksi, sungguh dia akan masuk ke dalam ancaman
Allah pada ayat di atas apabila ia tidak bertaubat.
Jauhilah ia maka engkau akan masuk surga
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Jika
kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang kamu dilarang
mengerjakannya, niscaya akan kami hapus kesalahan-kesalahanmu dan kami
masukkan engkau ke tempat yang mulia (surga)” (QS. An Nisa : 31).
Demi untuk meraih tempat mulia yang telah dijanjikan oleh Allah berupa
surga, maka hendaklah kita bersemangat untuk meninggalkan dosa-dosa
tersebut.
Penulis : Seno Aji Imanullah (Santri Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)
Muroja’ah : Ustadz Abu Salman
Ziyadah(tambahan) : Orang Yang Jelek Shalatnya
Dari Abu Hurairah radhiyallāhu ‘anhu, “Sesungguhnya Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam
memasuki masjid, kemudian datang seorang laki-laki memasuki masjid dan
shalat. Setelah selesai, orang tersebut bertemu Nabi dan mengucapkan
salam kepada Nabi, Kemudian Nabi berkata, “Ulangi shalatmu karena sesungguhnya kamu tidak shalat”.
Kemudian orang tersebut kembali melakukan shalat sebagaimana shalat
sebelumnya dan kemudian bertemu Nabi seraya mengucapkan salam kepada
Nabi. Kemudian Nabi berkata “Ulangi shalatmu, karena sesungguhnya kamu tidak shalat”.
Dan hal ini dilakukan orang tersebut sampai 3 kali. Kemudian orang
tersebut berkata, “Demi Dzat yang mengutusmu dengan benar, ajarkan
shalat kepadaku”. Kemudian Nabi bersabda, “Jika engkau hendak
melakukan shalat maka sempurnakanlah wudhu, kemudian shalatlah menghadap
kiblat, kemudian bertakbirlah (Takbiratul ihram-pen), kemudian bacalah
surat dari Al Qur’an yang mudah bagimu, kemudian ruku’ seraya thumaninah
(tenang-pen), kemudian bangunlah (i’tidal-pen) seraya thumaninah,
kemudian sujudlah seraya thumaninah, kemudian bangun dalam posisi duduk
(duduk diantara dua sujud-pen) seraya thumaninah, dan lakukanlah hal itu
semua dalam shalatmu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Beberapa faidah dari hadits diatas :
- Yang termasuk syarat shalat yang disebutkan dalam hadits ini adalah adalah bersuci dan menghadap kiblat. Jika syarat shalat ini ditinggalkan secara sengaja dan karena lupa maka shalatnya batal
- Hadits ini menyebutkan berbagai macam rukun dalam shalat mulai dari takbiratul ihram sampai duduk diantara dua sujud. Jika rukun ini ditinggalkan secara sengaja maka shalat batal. Namun jika ditinggalkan karena lupa maka orang tersebut mengerjakan apa yang ditinggalkannya serta melakukan sujud sahwi
- Hadits ini juga menjadi dalil bahwa niat dalam shalat itu tidak diucapkan. Andai saja niat itu diucapkan tentu Nabi akan mengajarkan hal tersebut kepada sahabatnya
- Pentingnya thuma’ninah dalam ruku, i’tidal, sujud dan duduk diantara dua sujud
- Pentingnya mengilmui masalah shalat karena shalat merupakan rukun Islam yang kedua
- Pentingnya menuntut ilmu syar’i, karena tidaklah mungkin seorang muslim mengetahui rukun dan syarat shalat kecuali dengan belajar ilmu syar’i
Rujukan : Al Munakhkholah An Nuniyyah karya Murad Syukri
Penulis : Mohammad Darus Salam (Santri Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)
0 Komentar