KEUTAMAAN MEMBACA DAN MERENUNGKAN SURAT AL-BAQARAH
KEUTAMAAN MEMBACA DAN MERENUNGKAN SURAT AL-BAQARAH
عَنْ أَبِيْ أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ:
سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: اقْرَؤُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ فَإِنَّ أَخْذَهَا
بَرَكَةٌ وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ وَلا يَسْتَطِيعُهَا الْبَطَلَةُ رواه مسلم
Dari Abu Umâmah
al-Bâhili Radhiyallahu anhu dia berkata, “Aku pernah mendengar Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Bacalah surah al-Baqarah, karena
sesungguhnya selalu menetapinya mendatangkan keberkahan, sedangkan
meninggalkannya akan mengakibatkan penyesalan, dan para tukang sihir tidak akan
mampu melakukannya. [HR. Muslim][1]
Hadits yang agung
ini menunjukkan besarnya keutamaan membaca dan merenungkan surah al-Baqarah,
sehingga Imam an-Nawawi rahimahullah mencantumkan hadits ini dalam bab:
Keutamaan Membaca al-Qur’an Dan Membaca Surah al-Baqarah.[2]
Faidah
Hadits
Beberapa mutiara
faidah yang dapat kita ambil dari hadits ini:
Yang dimaksud dengan
selalu menetapi surah ini adalah merutinkan membacanya, memahami kandungan dan
mengamalkannya [3].
Arti
‘meninggalkannya akan mengakibatkan penyesalan’ adalah penyesalan dan kerugian
karena luputnya pahala dan keutamaan yang agung dengan selalu menetapinya.[4]
Adapun makna ‘para
tukang sihir tidak akan mampu melakukannya’ yaitu mereka tidak akan mampu menghafal
surah ini, atau mereka tidak akan mampu mengganggu orang yang selalu
membacanya.[5]
Kata al-bathalah
(para pelaku kebatilan atau kerusakan) dalam hadits ini artinya adalah para
pelaku sihir, sebagaimana yang ditafsirkan oleh salah seorang rawi hadits
ini,[6] dan penafsiran ini benar, karena mereka adalah orang-orang yang selalu
berbuat syirik dan kerusakan di muka bumi.
Diantara
Keutamaan Surah al-Baqarah
Dalam hadits-hadits
shahih yang lain banyak dijelaskan keutamaan surah al-Baqarah atau keutamaan
ayat-ayat tertentu di dalam surah ini, diantaranya:
1. Menjauhkan rumah
dan anggota keluarga dari keburukan dan tipu daya setan.
Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ
مِنَ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيْهِ سُوْرَةُ الْبَقَرَةِ
Janganlah
kamu menjadikan rumahmu (seperti) kuburan (dengan tidak pernah mengerjakan
shalat dan membaca al-Qur’an di dalamnya), sesungguhnya syaitan akan lari dari
rumah yang dibaca di dalamnya surat al-Baqarah[7]
Dalam lafazh riwayat
at-Tirmidzi: “…Sesungguhnya syaitan tidak akan masuk ke rumah yang dibaca di
dalamnya surat al-Baqarah” [8]
2. Di dalam surah
ini terdapat ayat al-Kursi yang merupakan ayat paling agung dalam al-Qur’an.
Dari Ubay bin Ka’ab
Radhiyallahu anhu beliau berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda (kepadaku):
يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِي أَيَّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللهِ
مَعَكَ أَعْظَمُ قَالَ قُلْتُ اللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ
قَالَ فَضَرَبَ فِي صَدْرِي وَقَالَ وَاللهِ لِيَهْنِكَ الْعِلْمُ أَبَا
الْمُنْذِرِ
Wahai
Abul Mundzir, apakah kamu mengetahui ayat apakah yang paling agung dalam
a-Qur’an yang ada padamu (yang kamu hafal)?”. Maka aku berkata: “(Ayat
al-Kursi) Allah tidak ada sembahan yang benar kecuali Dia Yang Maha Hidup lagi
Berdiri sendiri dan menegakkan makhluk-Nya…” (al-Baqarah: 255). Maka Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menepuk dadaku dan bersabda: “Demi Allah, ilmu
akan menjadi kesenangan bagimu, wahai Abul Mundzir!” [9].
3. Dua ayat terakhir
dari surah ini merupakan sebab dicukupkannya seorang hamba dari segala
keburukan dan dimudahkan baginya banyak kebaikan [10].
Dari Abu Mas’ud
al-Badri Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
الْآيَتَانِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ مَنْ قَرَأَهُمَا فِي
لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ
Dua ayat
terakhir dari surah al-Baqarah, barangsiapa yang membacanya di malam hari maka
dua ayat tersebut akan mencukupi baginya” [11].
Footnote
[1] HSR Muslim (no.
804).
[2] Kitab “Syarhu
shahiih muslim” (6/89).
[3] Lihat kitab
“Faidhul Qadiir” (2/63).
[4] Lihat kitab
“Faidhul Qadiir” (2/63).
[5] Lihat kitab
“Tafsir Ibni Katsir” (1/57).
[6] Lihat kitab
“Shahih Muslim” (1/553).
[7] HSR Muslim (no.
780).
[8] HR at-Tirmidzi
(5/157), dinyatakan shahih oleh Imam at-Tirmidzi dan Syaikh al-Albani.
[9] HSR Muslim (no.
810).
[10] Lihat kitab
“Faidhul Qadiir” (6/197).
[11] HSR al-Bukhari
(no. 3786) dan Muslim (no. 807 dan 808).
Sumber:
almanhaj.or.id
0 Komentar