Meninggalkan Sesuatu Karena Allah Ta’ala
Di
antara kaidah yang ditunjukkan oleh Al-Qur’an dan hadits Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena
Allah Ta’ala, maka Allah Ta’ala akan menggantinya dengan
sesuatu yang (jauh) lebih baik.
Dalam
hadits riwayat Imam Ahmad, diceritakan
tentang seorang lelaki dari penduduk kampung
(Arab Badui) yang berkata,
أَخَذَ
بِيَدِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَجَعَلَ يُعَلِّمُنِي
مِمَّا عَلَّمَهُ اللهُ وَقَالَ: ” إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئًا اتِّقَاءَ
اللهِ إِلَّا أَعْطَاكَ اللهُ خَيْرًا مِنْهُ “
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang
kedua tanganku. Beliau pun mulai mengajarkan aku dari ilmu yang
Allah Ta’ala wahyukan kepada beliau. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam berkata,‘Sesungguhnya tidaklah Engkau meninggalkan
sesuatu karena ketakwaan kepada Allah Ta’ala, kecuali Allah pasti akan memberikan sesuatu (sebagai pengganti, pen.) yang lebih baik
darinya.” (HR. Ahmad no. 20739.
Dinilai shahih oleh Syaikh Syu’aib Al-Arnauth.)
Allah
Ta’ala banyak menyebutkan hal ini di berbagai ayat dalam Al-Qur’an. Di
antaranya adalah kisah tentang sahabat
Nabi dari kaum
muhajirin yang berhijrah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam ke kota Madinah dengan meninggalkan kampung halaman
dan harta mereka di kota Makkah. Mereka
juga meninggalkan berbagai kesenangan yang mereka miliki. Allah Ta’ala pun
kemudian mengganti dengan limpahan rizki di dunia dan kemuliaan untuk mereka radhiyallahu ‘anhum.
Nabi
Ibrahim ‘alaihis salaam, beliau meninggalkan ayah dan kaumnya
dan juga meninggalkan sesembahan-sesembahan mereka selain Allah Ta’ala. Lalu Allah
Ta’ala pun mengkaruniakan Ishaq dan Ya’qub kepada beliau, serta anak keturunan yang shalih.
Demikian
pula ash–habul kahfi, ketika mereka meninggalkan kaumnya dan
sesembahan-sesembahan yang mereka sembah selain Allah Ta’ala, maka Allah Ta’ala
pun menurunkan rahmat-Nya dan menjadikan mereka sebagai sebab hidayah bagi
orang-orang yang tersesat.
Allah
Ta’ala berfirman,
وَالَّتِي
أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهَا مِنْ رُوحِنَا وَجَعَلْنَاهَا وَابْنَهَا
آيَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara
kehormatannya, lalu kami tiupkan ke dalam (tubuh)-nya ruh dari Kami. Dan Kami
jadikan dia dan anaknya sebagai tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta
alam.”
(QS. Al-Anbiyaa’ [21]: 91)
Maka
barangsiapa yang meninggalkan dorongan syahwatnya, maka Allah Ta’ala akan ganti
dengan rasa cinta kepada-Nya, manisnya beribadah hanya kepada-Nya, bertaubat
kepada-Nya, yang itu semua mengalahkan berbagai kelezatan duniawi.
Referensi:
Disarikan
dari kitab Al-Qowaa’idul Hisan Al-Muta’alliqatu bi Tafsiir Al-Qur’an,
karya Syaikh ‘Abdurrahman bin Naashir As-Sa’di rahimahullahu Ta’ala, cet.
Daar Thaybah tahun 1434, hal. 219-220 (kaidah ke-69).
Yang
senantiasa membutuhkan rahmat dan ampunan Rabb-nya,
Artikel Muslim.or.id
0 Komentar