Membaca Usia Dini......... Kenapa Tidak ?
Alhamdulillah... takjub juga melihat
Aulia dan Khalil sudah pandai membaca. Padahal sejak pertama kali mengajari
mereka akhir tahun lalu, tidak terbayang mereka dapat membaca secepat itu. Dan
yang paling mengesankan adalah kami hanya mengajari pada tahap awal, dan
sisanya mereka berusaha sendiri dengan berbagai cara yang mereka senangi. Bisa
dibilang, 60-70% kemampuan mereka membaca, dengan kemudahan dari Allah - datang
dari usaha mereka sendiri.
Para
pakar dan peneliti mengatakan bahwa anak-anak baru dapat membaca dengan
baik pada usia 5 – 6 tahun. Khalil menjadi istimewa karena bisa membaca dengan baik
ketika berusia 3.5 tahun, tidak hanya huruf latin, akan tetapi juga membaca
al-Qur’an, meskipun untuk yang terakhir ini dia harus benar-benar mendapat
perhatian, karena lebih sering tidak teliti. Sehingga setiap kali mulai
membaca, yang pertama ditekankan adalah ‘teliti’, ‘perlahan-lahan’, ‘panjang
dibaca panjang dan yang pendek dibaca pendek’, dan seterusnya.
Kemampuan anak-anak membaca di usia ini
tidak datang dengan sendirinya, atau melalui instruksi khusus. Yang pertama
kali diperkenalkan kepada mereka jauh sebelumnya adalah kebiasaan membaca.
Sejak berusia dua tahun (bahkan kurang dari itu), kepada mereka seringkali
dibacakan kisah. Itu adalah bagian yang paling menyenangkan buat mereka sampai
sekarang, mendengarkan kisah dari buku-buku mereka. Dan buku favorit mereka
adalah ‘Kisah Ada (Kadal) dan Odo (Komodo)”. Lambat laun mereka menjadi
termotivasi untuk dapat membacanya sendiri. Kadang-kadang buku cerita mereka
amati gambarnya halaman demi halaman, sambil mengingat-ingat kisah pada setiap
halaman itu, dan memperbicangkannya antara mereka berdua. Karena kegiatan itu,
bahkan buku kesayangan mereka pun menjadi lusuh dan tak berbentuk.
Kemauan yang datang dari anak sendiri
untuk belajar membaca menjadikan lebih mudah untuk mengajari mereka. Kami hanya
menyiapkan materi dan mengajari mereka pada tahap awal, di tambah dengan
balok-balok huruf dan angka untuk mereka bermain menyusun kata. Sisanya...
mereka melakukannya sendiri. Metode pengajaran yang kami lakukan bisa
dibaca di
sini
Setelah melalui tahap pengenalan huruf
dan bagaimana huruf-huruf bisa digabungkan menjadi sebuah kata, yang dilakukan
anggota keluarga yang lain di waktu senggang adalah meminta mereka menyusun
huruf menjadi suku kata atau kata yang sederhana. Atau menyusun beberapa huruf
dan meminta mereka menyebutkan huruf dan mengejanya. Itu menjadi permainan yang
mengasyikkan buat mereka. Dan Aulia adalah juaranya!
Biarkan si Kakak mengajari Adiknya
Kemampuan Aulia membaca lebih dulu dari
adiknya membuat dia merasa bangga.. Aulia memang berbeda. Dia dapat belajar
dengan cepat, namun sekaligus sangat sensitif, sehingga jika dia diminta
mengulang beberapa kali karena melakukan kesalahan, dia akan berhenti belajar
dan air matanya mulai berjatuhan, menangis tanpa suara!
Sisi yang sangat positif, kemampuan dia
membaca lebih dulu membuatnya bangga dan superior sebagai seorang kakak, yang
kemudian ditunjukkan kepada adiknya dengan cara mengajarinya. Sebagian besar
dari apa yang diketahui Khalil adalah hasil meniru dan belajar dari kakaknya,
termasuk membaca. Kadang-kadang kami harus turun tangan, karena caranya
mengajari adiknya lumayan keras. Khalil seringkali dimarahinya bila salah
mengeja sebuah kata, membuat adiknya menangis. Meskipun begitu si adik bukannya
kapok, tapi terus mengikuti instruksi kakaknya. Walhasil, alhamdulillah....
Beberapa waktu kemudian Aulia dengan bangga memamerkan hasil usaha mereka,
memberitahu seisi rumah bahwa adiknya sudah dapat membaca!
Tidak ada instruksi khusus atau
kewajiban atau paksaan atau perintah, atau waktu yang dikhususkan untuk
mendampingi mereka belajar. Anak-anak belajar karena mereka menginginkannya.
Dan mereka melakukannya sambil bermain, di sela-sela iklan kartun kesayangan
mereka. Bahkan pada beberapa kesempatan, kegiatan belajar tersebut mampu
mengalihkan perhatian mereka dari layar kaca.
Apa yang menjadi pelajaran berharga bagi
kami, yang pertama kali harus dibangun adalah minat anak. Bahwa apa yang mereka
lakukan itu berguna untuk diri mereka sendiri. Jika minat itu ada.. insya Allah
segalanya akan menjadi lebih mudah. (Sumber: Bacaan
Anak Muslim)
0 Komentar