Menghidupkan Ruh Iman Dalam Keluarga
Layaknya
seorang guru, orang tua memiliki tugas memberikan pendidikan yang baik buat
anak-anak mereka. Tidak sekadar mentransfer ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya
ke dalam otak anak-anak, namun lebih dari itu mereka harus bisa mendidik
dengan pendidikan yang paripurna didasari pola penjernihan akidah, ibadah serta
tingkah laku dan karakter anak. Anak-anak harus dijauhkan dan dibersihkan dari
apa saja yang mengeruhkan pola beragamanya dengan baik dan benar.
Gambarannya,
para orang tua harus bisa menjadikan setiap ucapan yang terucap oleh anak-anak
dan seluruh tingkah polahnya merupakan cerminan dari bersihnya hati mereka yang
penuh dengan cahaya keimanan. Tugas yang tidak mudah dan tidak ringan ini
menjadi kewajiban setiap pasangan suami istri secara bersama-sama. Adapun
secara khusus, para suami yang juga para bapak dari anak-anak, memiliki tugas
mendidik seluruh anggota keluarganya termasuk istri-istri mereka dengan tugas
yang sama seperti di atas.
Dengan
menyimak siroh (perjalanan hidup) Rosululloh Shallallahu alaihi wasallam akan
kita ketahui bahwa beliau, di samping sebagai seorang nabi dan rosul, juga
sebagai seorang pendidik teladan yang bijaksana, sebagai seorang guru yang tak
habis-habisnya mentransfer ilmu, seorang juru pengarah yang lurus nasihatnya,
besar kasih sayangnya, yang mencintai dan dicintai, serta begitu tulus
keikhlasannya. Semua itu beliau lakukan terhadap para istri beliau, anak-anak,
keluarga serta seluruh sahabatnya ridhwanullohi alaihim ajma’in.
Sehingga kita bisa dapati seluruh mereka yang terdidik di bawah didikan
nubuwwah ini benar-benar menjadi generasi yang unggul dan brilian otaknya sebab
telah terasah oleh kelembutan-kelembutan iman dan telah terterangi oleh
kilauan-kilauan akhlak terpuji dari hati yang suci.
Adab Pendidik Robbani
Menilik
sisi kehidupan rumah tangga Rosululloh Shallallahu alaihi wasallam, sebagai
seorang suami juga sebagai seorang bapak, bagaimana Rosululloh Shallallahu
alaihi wasallam telah berhasil mendidik para istri serta anak-anak beliau dan
menanamkan keimanan di hati-hati mereka seluruhnya. Berbagai kelebihan yang
kiranya masih begitu jauh untuk bisa kita katakan bahwa hal itu telah dimiliki
pula oleh para suami, juga oleh para orang tua dewasa ini, namun hal itu akan
kita dapati pada diri beliau dan metode pendidikan beliau. Selalu mengucap
salam tatkala berjumpa merupakan satu kelebihan beliau. Sehingga beliau tampil
sebagai sosok yang dicintai dan begitu mencintai. Beliau selalu tampil dengan
raut muka berseri lagi murah senyum. Bahkan beliau menyebutkan:
“Senyummu di hadapan sesamamu adalah
shodaqohmu”.
(HR. Tirmidzi 2083, Shohihul Jami’ no. 2908)
Beliau selalu bertutur kata lembut dan sopan. Bahkan tatkala melihat suatu
kesalahan pada umatnya sekalipun hanya kalimat yang mulia yang keluar dari
lisan beliau yang mulia. Bahkan beliau menyebutkan:
“Dan tutur kata yang baik ialah
shodaqoh”.
(Hadits Muttafaqun alaih)
Beliau
begitu jauh dari tutur kata yang jelek, jorok, kotor maupun yang menyakitkan.
Belau juga jauh dari perkataan yang menghinakan. Beliau selalu memperhatikan
adab-adab yang mulia di hadapan umat beliau, termasuk di hadapan para istri,
anak-anak, serta keluarga dan umat beliau seluruhnya. Semua ini memberikan
pelajaran tentang metode pendidikan iman yang begitu sempurna yang telah dilakukan
oleh beliau Shallallahu alaihi wasallam. Sehingga, sebagai seorang bapak,
hendaknya meneladani beliau dalam menciptakan dan menumbuhkan ruh iman di dalam
rumah tangga serta keluarga.
Upaya Menghidupkan Ruh Iman
Upaya
yang bisa dilakukan oleh seorang bapak guna menumbuhkan ruh iman di rumahnya
ialah berdakwah. Ia harus menjadi seorang da’i yang baik. Sebab Rosululloh
Shallallahu alaihi wasallam pun memulai tugasnya dengan berdakwah.
Sebagai kepala rumah tangga, seorang bapak hendaknya memulai dakwahnya dari
keluarganya yang paling dekat. Merekalah istri-istri serta anak-anaknya.
Kemudian dakwah itu diperluas kepada karib kerabat lalu sahabat serta kawan
dekat dan seterusnya sampai masyarakat sekitar. Dari lingkup serta sekup yang
kecil seperti ini pulalah Rosululloh Shallallahu alaihi wasallam mulai
berdakwah. Kemudian beliau kembangkan lebih luas lagi dan lebih luas lagi
sampai akhirnya meluaslah dakwah beliau bahkan sampai ke berbagai negeri.
Selain
itu, ia juga harus memulai pembinaan terhadap para istri serta anak-anaknya
dengan menguatkan dan memperkokoh akidah tauhid mereka terlebih dahulu. Ia
harus memberikan perhatian yang lebih terhadap arti pentingnya akidah tauhid
ini. Hal ini sebagaimana yang menjadi perhatian dan inti dakwah Rosululloh
Shallallahu alaihi wasallam, yang akhirnya beliau berhasil membangun sebuah Daulah
Islamiyyah (pemerintahan Islam) yang kokoh. Dan siapa saja yang ingin
membangun sebuah rumah tangga yang Islami, maka kewajiban seorang bapak ialah
memulai dari pembenahan dan pemantapan akidah tauhid ini. Bila tidak, ia tidak
akan berhasil dan bahkan yang ada hanyalah kegagalan semata. Jadi, membangun
rumah tangga Islami harus dimulai dari membangun hati, yaitu dengan membangun
akidah, selanjutnya menancapkan tonggak-tonggaknya yang telah kokoh itu di atas
bumi. Dan hanya dengan menerapkan akidah yang mantap ini pada diri kita
sendiri, lalu pada diri para istri kita, keluarga, serta anak-anak kita,
pertolongan Alloh akan datang dan akan terbukalah pintu keberhasilan.
Ilmu Agama di Rumah
Tugas
berdakwah di rumah bagi para suami sebagai kepala keluarga mengharuskan dirinya
pandai-pandai dalam memilih aspek-aspek yang harus diperbaiki. Selain itu, ia
harus tahu aspek yang mana yang harus didahulukan untuk segera diperbaiki.
Aspek penting yang tidak boleh ia lalaikan itu ialah aspek agama. Ia wajib
mengajarkan agama kepada istri, anak serta seluruh keluarga. Alloh Azza wajalla
berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Alloh terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
(QS. at-Tahrim [66]: 6)
Imam
Ibnu Katsir Rahimahullahu dalam tafsirnya terhadap ayat tersebut menyebutkan
bahwa, tentang ayat ini adh-Dhohak dan Muqotil berkata: “Merupakan kewajiban
setiap muslim mengajarkan keluarganya dari kerabat dan budak-budaknya akan apa
yang diwajibkan oleh Alloh atas mereka dan apa yang dilarang-Nya”.
Di
dalam sebuah hadits, Rosululloh Shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya Alloh Azza wajalla
akan menanya setiap pemimpin tentang apa yang telah ia lakukan terhadap
kepemimpinannya, apakah ia memelihara (amanah tersebut) ataukah
menyia-nyiakannya. Sampai menanyai juga seorang suami tentang (kepemimpinannya)
terhadap keluarganya”.[1]
Dari
hadits di atas diketahui akan begitu besarnya tanggung jawab yang dibebankan
Alloh di atas pundak para suami. Sehingga begitu pentingnya bagi para suami
untuk segera menghidupkan aspek agama di rumahnya. Salah satunya ialah dengan
memenuhi kebutuhan keluarga terhadap pengajaran agama.
Rajin Ngaji Sunnah
Apa
yang bisa dilakukan oleh para suami untuk menunaikan kewajibannya ini?
Kata
seorang bijak, “Orang yang tak punya sesuatu tak mungkin bisa memberi”. Maka, kewajiban
para suami ialah rajin ngaji sunnah untuk belajar tentang Islam. Yaitu
pengajian yang di dalamnya diajarkan ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an
dan hadits Rosululloh Shallallahu alaihi wasallam yang shohih menurut para ulama
ahli hadits, yang pemahaman dua sumber tersebut mengacu kepada pemahaman para
ulama salaf. Siapakah para ulama salaf itu? Mereka ialah para sahabat
Rosululloh Shallallahu alaihi wasallam, para tabi’in (pengikut para sahabat),
dan para pengikut tabi’in,[2] dan para imam-imam ahlus
sunnah wal jama’ah yang terpercaya.
Bina Majelis Ilmu
Selanjutnya
seorang suami bisa membina majelis ilmu di rumah. Ia ajarkan ilmu yang telah
didapat kepada keluarga di rumah. Programkan waktu meski hanya sekali majelis
dalam sepekan untuk menyampaikan ilmu tentang sunnah kepada istri dan
anak-anak.
Imam
al-Bukhori Rahimahullahu dalam kitab shohihnya pada bab pengajaran seorang
suami kepada budak perempuannya dan keluarganya menuliskan sebuah hadits
berikut:
“Tiga golongan orang yang berhak
mendapatkan dua pahala: … dan seorang laki-laki yang memiliki budak perempuan
lalu ia mendidiknya dengan sebaik-baiknya, mengajarinya dengan sebaik-baiknya
pula, kemudian ia memerdekakannya dan menikahinya, maka ia berhak mendapatkan
dua pahala”.
Ibnu Hajar al-Asqolani Rahimahullahu mengomentari: “Kesesuaian hadits ini dengan
judul bab, dalam (kaitannya dengan) budak perempuan, (ditetapkan) dengan nash.
Sedangkan (kaitannya dengan) keluarga (hanya), ditetapkan dengan qiyas. (Hal
ini) karena perhatian (seorang suami) terhadap keluarga yang (mereka adalah
orang) merdeka dalam soal pengajaran kewajiban-kewajiban yang dibebankan oleh
Alloh dan sunnah-sunnah Rosul-Nya adalah sesuatu yang harus dan pasti daripada
perhatiannya terhadap budak perempuannya.” (Fathul Bari 1/190)
Ajak Istri dan Keluarga Pergi Ngaji
Tidak
semua suami cakap menyampaikan ilmu kepada istri dan keluarganya. Bila hal ini
yang ada pada diri seorang suami, maka ia hendaknya membuat majelis al-Qur’an
di keluarganya. Berupa majlis belajar membaca al-Qur’an, dan yang lebih dari
itu ialah majlis mempelajari makna-makna setiap ayatnya dan termasuk juga
majlis menghafal ayat-ayatnya. Tentunya ini lebih mudah baginya. Dan jangan
lupa mengajak istri serta anak-anak menghadiri majelis-majelis ilmu,
pengajian-pengajian sunnah yang disampaikan oleh para alim ulama sunnah yang
terpercaya guna menanamkan wawasan ilmu ajaran Islam pada mereka. Hal ini
sebagai ganti atas ketidaksanggupannya mengajarkan ilmu-ilmu yang mereka
butuhkan.
Hadirkan Cahaya Ilmu dan Harumnya Kesholihan di Rumah
Ilmu
itu laksana cahaya penerang, sedangkan orang-orang sholih laksana minyak yang
harum mewangi. Rumah kita dan penghuninya tentu membutuhkan penerang serta
aroma yang sedap. Dengan keduanya hidup di rumah akan tenang dan damai.
Bagaimana seorang suami bisa menghadirkan cahaya ilmu dan harumnya kesholihan
di rumah? Seorang suami bisa mengundang seorang yang alim (berilmu) atau para
penuntut ilmu syar’i dan orang-orang sholih ke rumah. Dengan kehadiran mereka
tentu saja keluarga kita akan senang menyambutnya. Pembicaraan bersama mereka
akan diberkahi, berdiskusi dengan mereka akan memberikan manfaat ilmu, bertanya
kepada mereka akan didapati kepuasan dan ketenangan hati. Kebaikan seperti ini
tentu bisa didapatkan oleh semua anggota keluarga, termasuk istri dan kerabat
wanita yang bisa mendengarkan dari balik tabir rumah.
Atau,
bila memungkinkan, seorang suami bisa melakukan suatu hal yang mungkin lebih
banyak manfaat serta faedahnya bagi kaum wanita. Tidak hanya bagi istri serta
kerabat wanitanya semata, namun bagi para mukminat di sekitarnya. Programkan
ngaji sunnah khusus untuk kaum wanita, baik ibu-ibu maupun para pemudi muslimah
di rumah. Sebagaimana apa yang dulu pernah dilakukan oleh beberapa sahabat
wanita yang mulia.
Imam
al-Bukhori Rahimahullahu membuat bab dalam kitab shohihnya, “Apakah dikhususkan
suatu hari tertentu bagi kaum wanita untuk mempelajari ilmu?” Lalu beliau
membawakan sebuah hadits dari sahabat Abu Said al-Khudri Radhiyallahu anhu
bahwa para sahabat wanita mengadu kepada Nabi Shallallahu alaihi wasallam
seraya berkata: “Kami dikalahkan oleh kaum laki-laki dalam berkhidmat kepada
engkau, maka tetapkan ada suatu hari khusus buat kami dari kesempatan kapan pun
terserah engkau.” Maka Rosululloh Shallallahu alaihi wasallam pun menjanjikan
buat mereka suatu hari untuk menemui mereka, untuk menasihati maupun memerintah
mereka”.
Ibnu
Hajar al-Asqolani Rahimahullahu berkata: “Dalam riwayat Sahl bin Abi Sholih
dari ayahnya dari Abu Huroiroh Radhiyallahu anhu, mirip dengan kisah ini,
beliau Shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Perjanjian kalian ialah di rumah
fulanah.” Maka Rosululloh Shallallahu alaihi wasallam pun mendatangi mereka dan
berceramah kepada mereka. (Fathul Bari 1/195)
Hadirkan Perpustakaan di Rumah
Termasuk
hal yang banyak dilalaikan oleh para suami ialah menghadirkan buku-buku serta
majalah Islam untuk keluarganya. Padahal dengan menghadirkan keduanya ia telah
memberikan banyak manfaat buat keluarganya. Perpustakaan di rumah juga
membantunya untuk menjalankan proses pengajaran bagi seluruh anggota keluarga.
Para istri juga anak-anak tentunya membutuhkan banyak perbendaharaan ilmu, yang
tidak cukup mereka menimbanya dari majelis-majelis ilmu langsung. Apalagi waktu
mereka banyak habis di rumah. Hal ini hendaknya menjadi perhatian para suami. Hendaknya
ia menyediakan wahana penambah ilmu di rumahnya dan menganjurkan para istri
serta anggota keluarga untuk memanfaatkannya sebaik-baiknya. Dan perpustakaan
di rumah ialah salah satu yang bisa diusahakan. Dengan adanya perpustakaan di
rumah akan menjadikan keluarga rajin membaca dan menambah ilmu sendiri yang
sangat banyak faedahnya.
Ibnul Jauzi Rahimahullahu pernah mengatakan: “Jalan pencari kesempurnaan
dalam menuntut ilmu ialah membaca buku-buku yang telah ditulis dan diwariskan
(oleh para ulama). Maka perbanyaklah membacanya, karena Anda akan melihat
kedalaman ilmu seseorang dan semangatnya yang tinggi, serta sesuatu yang tak
pernah terlintas di benak Anda, hal yang akan menggerakkan keinginan Anda untuk
belajar. Ketahuilah bahwa tidak ada sebuah buku (yang ditulis oleh para ulama’)
yang tidak memiliki manfaat”. (Shoidul Khothir I/448)
Koleksi Buku-buku dan Majalah Islam
Perpustakaan
di rumah tidak harus besar, namun hendaknya memiliki koleksi buku-buku para
ulama yang penting dan majalah-majalah Islam yang ditempatkan di tempat atau
ruangan yang mudah dijangkau oleh seluruh anggota keluarga agar mudah dan
menarik untuk dibaca.
Hal
yang sangat disayangkan, bila di rumah-rumah kaum muslimin tidak tersedia
mushaf al-Qur’an barang satu kitab pun. Apalagi al-Qur’an yang dilengkapi
terjemahan maknanya, lebih sulit didapati adanya. Malah sebaliknya, justru
mereka banyak mengoleksi majalah-majalah, tabloid, maupun surat-surat kabar
semisal koran dan bacaan-bacaan lain yang tidak memberi didikan yang baik bagi
keluarganya. Padahal al-Qur’an ialah pedoman awal dan utama setiap muslim, dan
merupakan tali Alloh yang kokoh bagi kaum muslimin. Akankah ia digantikan
dengan majalah-majalah dan bacaan-bacaan tersebut sebagai pedomannya?! Ini
merupakan sebesar-besar musibah. Sehingga, selayaknya yang menjadi koleksi
wajib di perpustakaan rumah ialah mushaf al-Qur’an dan al-Qur’an yang
dilengkapi terjemahannya. Lebih baik lagi bila disediakan lebih dari satu
biji, namun disesuaikan jumlah anggota keluarga. Kemudian setelah itu bisa
dikoleksi buku-buku yang ditulis oleh para ulama ahlus sunnah wal jamaah, yang
meliputi buku-buku penting dalam berbagai bidang ilmu agama. Buku-buku tafsir,
hadits, akidah, tauhid, fikih, adab-adab Islamiyyah, akhlak, penyucian jiwa,
dan lain-lain. Satu hal yang begitu menggembirakan, saat ini buku-buku para
ulama dalam berbagai bidang tersebut telah banyak diterjemahkan dan dijual di
banyak toko buku di seluruh daerah negeri ini. Bisa juga dikoleksi CD-CD
ceramah yang menebarkan ilmu-ilmu para ulama ahlus sunnah wal jamaah yang juga
banyak faedahnya.
Dengan
melakukan apa yang telah diuraikan di atas, seorang suami insya Alloh
akan bisa menumbuhkan ruh iman dalam keluarganya. Demikian, semoga bermanfaat, wabillahit
taufiq.
[1] Hadits hasan riwayat an-Nasa’i
dalam Sunan al-Kubro no. 9174, Ibnu Hibban dalam Shohihnya no.
4569, 4570 dan lafazh ini miliknya, dan at-Tirmidzi dalam Sunannya no. 1807,
dihasankan oleh al-Albani dalam Shohihul Jami’ no. 1774.
[2] Mereka ialah yang disebut oleh
Alloh Subhanahu wata’ala di dalam QS. at-Taubah [9]: 100
0 Komentar