Tetap Rajin Ibadah Meskipun di Luar Ramadhan
Di antara yang perlu kita koreksi
dalam diri kita sendiri adalah betapa rajinnya kita di bulan Ramadhan ini untuk
melaksanakan berbagai macam amal ibadah dan ketaatan kepada Allah Ta’ala. Akan
tetapi, di luar bulan Ramadhan, semua itu sirna, hampir tanpa bekas. Tidak
perlu menunggu sampai akhir bulan Syawal, shalat jamaah subuh tanggal 1 Syawal
pun masjid kembali sepi seperti semula.
Kita yang rajin shalat malam di
bulan Ramadhan, setelah Ramadhan berlalu, kita pun meninggalkannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ingatkan agar kita
tetap menjaga kontinuitas shalat malam.
Dari sahabat ‘Amr bin
Al-‘Ash radhiyallahu Ta’ala ‘anhu, beliau berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Wahai ‘Abdullah, janganlah Engkau seperti fulan.
Dulu dia rajin mendirikan shalat malam, lalu sekarang dia meninggalkan shalat
malam.” (HR. Bukhari no. 1152 dan Muslim no. 1159)
Demikian pula dengan ibadah puasa.
Di bulan Ramadhan, kita berpuasa sebulan penuh, kecuali sebagian kaum muslimin
yang memang memiliki ‘udzur syar’i sehingga boleh tidak berpuasa. Sebagaimana
kita rajin berpuasa di bulan Ramadhan, hendaknya kita juga tetap melaksanakan
ibadah puasa sunnah di luar bulan Ramadhan. Banyak sekali ibadah puasa sunnah
yang bisa kita kerjakan, baik itu puasa Syawal, puasa Senin dan Kamis, dan
seterusnya.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam telah mencontohkan bagaimana beliau tetap rajin
berpuasa sunnah setelah Ramadhan berlalu. Ibunda ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha berkata,
“Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak pernah melaksanakan puasa yang lebih banyak
dalam sebulan melebihi puasa beliau di bulan Sya’ban. Beliau melaksanakan puasa
bulan Sya’ban seluruhnya. Beliau bersabda, “Lakukanlah amal-amal yang kalian
sanggup melaksanakannya, karena Allah tidak akan bosan (dalam memberikan
pahala) sampai kalian yang lebih dahulu bosan (dari mengerjakan amal).” Dan
shalat yang paling Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam cintai
adalah shalat yang dijaga kesinambungannya sekalipun sedikit. Dan bila beliau
sudah terbiasa melaksanakan shalat (sunnah), beliau menjaga
kesinambungannya.” (HR. Bukhari no. 1970 dan Muslim no. 741)
Inilah model ibadah Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Yaitu, beliau kontinyu dalam beribadah. Beliau
tidak mengkhususkan satu hari atau satu bulan tertentu untuk fokus beribadah,
lalu beliau tinggalkan ibadah-ibadah tersebut di luar hari dan bulan khusus
tersebut. Model ibadah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak
demikian.
Dari ‘Alqamah, beliau berkata,
“Aku bertanya kepada ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha, apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhususkan
hari-hari tertentu dalam beramal?” Dia menjawab, “Tidak. Beliau selalu beramal
terus-menerus tanpa putus. Siapakah dari kalian yang akan mampu sebagaimana
yang mampu dikerjakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam?” (HR. Bukhari no. 1987 dan Muslim no. 741)
Amal yang kontinyu, inilah model
beramal yang paling dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
Ibunda ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha berkata,
“Amalan yang paling dicintai oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang
dikerjakan secara terus menerus oleh pelakunya.” (HR. Bukhari no. 6462
dan Muslim no. 741)
Dan meskipun secara kauntitas itu
sedikit, namun jika dikerjakan secara kontinyu, amal tersebut menjadi amal yang
paling dicintai oleh Allah Ta’ala. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya amalan yang paling
dicintai oleh Allah adalah amal yang terus-menerus dikerjakan (kontinyu)
walaupun sedikit.” (HR. Bukhari no. 6464 dan Muslim no. 783)
Semoga tulisan singkat ini dapat
menjadi pengingat bagi diri penulis sendiri, dan siapa saja yang membaca
tulisan ini.
***
0 Komentar