Tidur merupakan salah satu tanda-tanda kebesaran Allah Ta’ala. Tidur merupakan nikmat di antara nikmat-nikmat yang dikaruniakan kepada hamba-hambaNya. Tidur adalah kebutuhan primer kehidupan ini.
Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.” (QS. ar-Ruum:23)
“Apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan malam supaya mereka beristirahat padanya dan siang yang menerangi Sesungguhnya pada demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman”. (QS. an-Naml: 86)
Istirahat, ketenangan, hilangnya rasa lelah dan kesulitan, serta semangat dan kekuatan dapat terpenuhi dengan tidur. Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha”. (QS. 25:47)
“Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat, dan Kami jadikan malammu sebagai pakaian,” (QS. an-Naba’: 9-10)
Islam merupakan agama yang memiliki kesempurnaan ajaran dan syari’at. Di antara contohnya adalah Islam memiliki perhatian terhadap manusia di dalam semua fase yang dilaluinya dan seluruh sisi kehidupannya, tidak terkecuali tentang tidur yang dialami oleh manusia sekitar sepertiga hidupnya. Bahkan Islam juga menyinggung tentang etika-etika dan sunnah-sunnahnya. Siapa pun yang mengambilnya, niscaya akan terealisasi di dalam tidurnya berupa ketenangan, istirahat, kenyamanan, kedamaian, dan menjauhkan dari kegelisahan dan keletihan.
Adapun Etika-Etika dan Sunnah-Sunnah Tidur Terbagi Menjadi Dua Bagian :
Pertama, Sunnah dan etika yang berupa ucapan dan perbuatan ketika hendak tidur dan berbaring di atas kasur, yakni:
  • Anjuran tidur lebih awal dan peringatan agar tidak begadang tanpa suatu keperluan.
Di dalam hadits Abu Barzah disebutkan bahwa “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menyukai tidur sebelum Isya dan berbicara (ngobrol) setelahnya.” (HR. al-Bukhari, hal.568 dan Muslim, hal.647)
Al-Hafizh rahimahullah berkata, “Hal itu, karena tidur sebelum Isya dapat menyebabkan terlewatnya waktu shalat Isya dan terlewatnya waktu yang utama. Sedangkan ngobrol setelahnya dapat menyebabkan seseorang ‘kebablasan’ shalat subuhnya atau waktu yang utama ataupun shalat malam. Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu pernah menyinggung tentang hal ini kepada orang-orang, seraya berkata, “Apakah ngobrol di awal malam, dan tidur di akhirnya?.” (lihat: fathu al-Bari 2/73)
Adapun mengobrol (begadang) untuk suatu keperluan, maka hal itu dibolehkan. Dari Umar bin Khattab, dia berkata, “Adalah Rasulullah berbincang-bincang dengan Abu Bakar dalam salah satu perkara kaum muslimin, sedangkan saya bersama keduanya.” (HR. at-Tirmidzi, hal.154)
At-Tirmidzi berkata, “Para Ulama dari kalangan para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Tabi’in dan orang-orang setelahnya berbeda pendapat dalam masalah bercakap-cakap setelah shalat Isya. Sebagian mereka menganggap bahwa hal tersebut hukumnya adalah makruh. Sebagian lainnya memberikan rukhshah (dispensasi) selama dalam konteks menuntut ilmu dan suatu keperluan. Bahkan hal tersebut adalah pendapat mayoritas Ahlul Hadits.
  • Berwudhu ketika hendak tidur.
Dari al-Bara’ bin ‘Azib, dia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila kamu hendak mendatangi tempat tidurmu, maka berwudhulah seperti wudhu shalat, kemudian berbaringlah di atas bagian tubuhmu yang sebelah kanan.” (HR. al-Bukhari, hal.247 dan Muslim, hal.2710.)
Jika seseorang dalam keadaan junub, maka disunnahkan baginya untuk mandi sebelum tidur, dan jika dia tidak mendapatkan kemudahan untuk mandi, maka dia mendapat keringanan cukup dengan berwudhu. Di dalam hadits Umar bin Khaththab radhiallahu ‘anhu, bahwasanya ia pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Apakah boleh seseorang tidur, sedang ia dalam keadaan junub?” Beliau menjawab, “Iya, jika salah seorang di antara kalian berwudhu, maka tidurlah meskipun dalam keadaan junub.” (HR. al-Bukhari, hal.286 dan Muslim, hal. 305.)
  • Shalat witir sebelum tidur
Shalat witir di akhir malam lebih utama bagi yang meyakini bahwa dirinya akan bangun di akhir malam. Adapun bagi yang khawatir tidak dapat bangun di akhir malam, maka hendaklah shalat witir sebelum tidur. Sebagaimana terdapat di dalam hadits Jabir, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa khawatir dirinya tidak dapat bangun di akhir malam, maka hendaklah ia shalat witir di awal malam, dan barangsiapa yakin akan bangun di akhir malam, maka hendaklah ia shalat witir di akhir malam, karena sesungguhnya shalat di akhir malam akan disaksikan (oleh para malaikat) dan hal itu lebih utama.” (HR. Muslim, hal.755)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dia berkata, aku pernah diwasiatkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan tiga perkara, “Puasa tiga hari setiap bulannya, dua raka’at dhuha, dan shalat witir sebelum aku tidur.” (HR. al-Bukhari, hal.731 dan Muslim, hal.1178)
  • Membersihkan Kasur/ tempat tidur sebelum tidur
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian mendatangi tempat tidurnya, maka hendaklah ia mengambil ujung sarungnya, kemudian dia bersihkan kasurnya dengannya, dan hendaklah ia mengucapkan bismillah, karena sesungguhnya dia tidak mengetahui apa yang terjadi setelahnya di atas tempat tidurnya. Dan apabila hendak berbaring, maka hendaklah ia berbaring di atas bagian tubuhnya sebelah kanan.” (HR. al-Bukhari, hal.6320, dan Muslim, hal.22714)
  • Berbaring di atas bagian tubuh sebelah kanan
Hal tersebut sebagaimana dijelaskan oleh hadits Abu Hurairah dan Hadits al-Bara’ bin ‘Azib radhiallahu ‘anhuma yang telah disebutkan
  • Meletakkan tangan kanan di bawah pipi.
Dari Ummul Mukminin Hafshah radhiallahu ‘anha, istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila hendak tidur, beliau meletakkan tangan kanannya di bawah pipinya seraya berdoa,
اللَّهُمَّ قِنِي عَذَابَكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ،

“Ya Allah, lindungilah aku dari Siksamu pada hari Engkau bangkitkan hamba-hambaMu, 3X.” (HR. Abu Daud, hal.5045).
Dari Huzaifah radhiallahu ‘anhu, dia berkata, “Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apabila hendak tidur di waktu malam, beliau meletakkan tangannya di bawah pipinya seraya berdoa,
اللَّهُمَّ بِاسْمِكَ أَمُوتُ وَأَحْيَا

“Ya Allah, dengan namaMu aku mati dan hidup”.
Dan jika beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bangun tidur, berdoa,
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah Dia mematikan kami, dan kepadaNya lah tempat kembali.” (HR. al-Bukhari, hal.6314)
  • Makruh tidur di atas perut (tengkurap)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat seorang lelaki berbaring tengkurap seraya berkata, “Sesungguhnya berbaring seperti ini tidak disukai Allah.” (HR. at-Tirmidzi, hal.2692).

SUNNAH DAN ETIKA YANG BERUPA UCAPAN DAN PERBUATAN KETIKA HENDAK TIDUR DAN BERBARING DI ATAS KASUR
  • Dzikir-dzikir Ketika Hendak Tidur
Banyak sekali dzikir-dzikir yang disyari’atkan ketika hendak tidur. Disunnahkan bagi seorang muslim untuk menjaga dzikir-dzikir tersebut yang ringan baginya, di antaranya:
    • Al-Bara’ bin ‘Azib radhiallahu ‘anhu berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila kamu mendatangi tempat tidurmu, maka berwudhulah seperti wudhu shalat, kemudian berbaringlah di atas bagian tubuh sebelah kanan, lalu bacalah,
اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ اللَّهُمَّ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ

“Ya Allah, aku serahkan diriku kepadaMu, dan aku hadapkan wajahku kepadaMu, dan aku sandarkan punggungku kepadaMu, harap dan cemas hanya kepadaMu, tidak ada tempat bersandar dan berlindung dariMu kecuali hanya kepadaMu. Ya Allah aku beriman kepada kitabMu yang telah Engkau turunkan, dan kepada NabiMu yang telah Engkau utus”, Jika kamu meninggal pada malam tersebut, maka kamu mati di atas fitrah (tauhid), dan jadikanlah dzikir tersebut sebagai akhir ucapanmu”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
    • Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu menyuruh seorang lelaki apabila hendak tidur agar berdo’a,
اللَّهُمَّ إِنَّكَ خَلَقْتَ نَفْسِى وَأَنْتَ تَوَفَّاهَا لَكَ مَمَاتُهَا وَمَحْيَاهَا إِنْ أَحْيَيْتَهَا فَاحْفَظْهَا وَإِنْ أَمَتَّهَا فَاغْفِرْ لَهَا اللَّهُمَّ أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ

“Ya Allah, sesungguhnya Engkaulah yang telah menciptakan diriku dan Engkaulah yang mewafatkannya. Mati dan hidupnya hanya milikiMu. Jika Engkau menghidupkannya, maka jagalah ia, dan jika Engkau mematikannya, maka ampunilah ia. Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepadaMu keselamatan”. Lalu lelaki itu berkata kepadanya, “Apakah kamu mendengar ini dari Umar radhiallahu ‘anhu?”. Ia menjawab, “Kebaikan yang datang dari Umar adalah kebaikan yang datang dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”. (HR. Muslim, hal.2712)
    • Dari Ali radhiallahu ‘anhu, ketika fathimah radhiallahu ‘anha meminta seorang pelayan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi keduanya seraya bersabda, “Maukah kalian berdua aku tunjukkan akan sesuatu yang lebih baik dari apa yang kalian pinta?”, (yakni) apabila kamu hendak berbaring tidur, maka ucapkanlah Allahu Akbar 34X dan al-hamdulillah 33X, dan subhanallahu 33X, sungguh hal tersebut lebih baik dari sesuatu yang kalian pinta”. (HR. al-Bukhari, hal.3113, dan Muslim, hal.2727)

  • Berniat untuk Bangun malam (tahajjud) ketika hendak tidur.
Dari Abu Darda’ radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa mendatangi tempat tidurnya sedang ia berniat untuk bangun mengerjakan shalat malam, lalu dia tertidur sampai waktu subuh, maka dicatat baginya pahala seperti yang ia niatkan. Dan tidurnya menjadi shadaqah baginya dari Tuhannya.” (HR. an-Nasa’i, hal. 1765)
  • Membaca sebagian ayat dan surat-surat al-Qur’an, seperti:
    • Ayat Kursi.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dia berkata, “Pernah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menugaskanku untuk menjaga harta zakat Ramadhan, lalu aku didatangi oleh seseorang yang kemudian mencuri makanan.” Aku pun menangkapnya seraya berkata, “Aku benar-benar akan menyeretmu ke hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” (Sampai akhirnya) orang tersebut berkata, “Apabila kamu hendak berbaring di tempat tidurmu, maka bacalah ayat kursi, niscaya kamu senantiasa akan dijaga oleh Allah, dan niscaya syetan tidak akan mendekatimu hingga pagi hari.” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Dia telah berkata jujur kepadamu, padahal dia sangat pembohong, dia adalah syetan.” (HR. al-Bukhari, hal. 3275, dan Muslim, hal. 505)
    • Membaca 2 ayat terakhir dari surat al-Baqarah.
Hal ini terdapat di dalam hadits Ibnu Mas’ud al-Badri radhiallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Dua ayat terakhir dari surat al-Baqarah, barangsiapa membacanya di malam hari, niscaya keduanya akan menjaganya (dari segala kejahatan).” (HR. al-Bukhari, hal. 4008, dan Muslim, hal. 807)
    • Surat al-Ikhlash dan al-Mua’awwidzatain (al-Falaq dan an-Nas)
Di dalam Hadits ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, “Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apabila hendak berbaring di kasurnya setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya kemudian meniupkan pada keduanya, lalu melafalkan surat al-Ikhlash, al-Falaq, dan an-Nas, kemudian mengusapkannya pada tubuh yang dapat ia jangkau. Beliau memulai dari kepala, wajah, dan bagian depan badannya sebanyak 3X.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
  •  
  • Makruh tidur di atas (atap) rumah yang tidak ada dindingnya (pembatasnya).
Dari Ali bin Syaiban radhiallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa tidur di atas (atap) rumah yang tidak berdinding (sehingga mudah terjatuh), maka hilanglah jaminan (keselamatan) darinya”. (HR. Abu Dawud, hal. 4384),

SUNNAH-SUNNAH DAN ADAB-ADAB YANG BERUPA PERKATAAN DAN PERBUATAN KETIKA BANGUN TIDUR.
  • Doa yang diucapkan apabila merasa takut di dalam tidur (mimpi buruk).
Dari Amr bin Syu’aib dari bapaknya, dari kakeknya, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian merasa takut di dalam tidurnya, maka hendaklah ia berdo’a,
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ غَضَبِهِ وَعِقَابِهِ، وَشَرِّ عِبَادِهِ، وَمِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ، وَأَنْ يَحْضُرُونِ

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari murka dan siksaNya, dari kejahatan hamba-hambaNya, dan dari godaan/ bisikan syetan serta dari kedatangannya (agar tidak datang kepadaku)”. Maka sesungguhnya hal tersebut tidak akan membahayakannya.” (HR. at-Tirmidzi, hal.3451, dia berkata, “Hadits Hasan Gharib”.).
  • Do’a apabila terjaga di tengah malam
    • Dari Ubadah bin Shamith radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, “Barangsiapa terjaga dari tidurnya di tengah malam, lalu membaca,
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي

‘Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya, dan bagiNya kerajaan dan pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Segala puji bagi Allah, Maha Suci Allah, tidak ada tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah. Allah Maha Besar. Tidak ada daya dan upaya kecuali dengan izin Allah”. Kemudian berdo’a,
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي

“Ya Allah! ampunilah dosa-dosaku’, atau jika berdoa, maka akan dikabulkan, dan jika berwudhu dan shalat, maka shalatnya diterima”. (HR. al-Bukhari. No.1154)
Dari Aisyah radhiallahu, anha “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila bangun di malam hari beliau berdo’a,
لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ أَسْتَغْفِرُكَ لِذَنْبِي وَأَسْأَلُكَ رَحْمَتَكَ اللَّهُمَّ زِدْنِي عِلْمًا وَلَا تُزِغْ قَلْبِي بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنِي وَهَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

“Tidak ada tuhan yang berhak diibadahi kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, ya Allah! Aku memohon ampunanMu atas dosaku, dan aku memohon rahmatMu. Ya Allah! tambahkanlah aku ilmu, dan janganlah Engkau palingkan hatiku setelah Engkau berikan hidayah kepadaku, dan karuniailah aku rahmat dari sisimu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi”. (HR. Abu Dawud, hal 4402). -Bersambung pada edisi berikutnya-
Oleh : Abu Nabiel Muhammad Ruliyandi
Sumber: An-Naumu, Asroruhu Wa Adabuhu, DR. Muhammad Bin Abdullah al-Qannash.

0 Komentar