Manusia adalah makhluk sosial, tak lepas dan selalu berhubungan dengan orang lain. Sehingga dalam kehidupannya, manusia butuh pertolongan dan bantuan orang lain. Apabila kita ingat kembali perjalanan hidup kita ke belakang, maka pastilah akan kita temukan orang-orang yang berperan dan andil dalam kehidupan kita sampai saat ini. Orang tua yang membesarkan kita, kasih sayang keluarga, teman-teman kita dan orang-orang sekitar kita. Begitu banyak kebaikan yang kita dapat dari mereka, baik yang dapat kita rasakan langsung maupun tidak langsung.
Sudah sepantasnya kita berterima kasih kepada mereka. Ini adalah karunia besar yang diberikan Alloh Ta’ala, dengan mereka sebagai perantara, sehingga barang siapa yang berterima kasih atas kebaikan manusia maka sama saja dia telah bersyukur kepada Alloh Ta’ala.
Seseorang belum belum dikatakan mensyukuri Alloh Ta’ala  jika belum berterima kasih terhadap kebaikan orang lain. Hal ini seperti yang disabdakan oleh Nabi,
“Tidak bersyukur kepada Allah orang yang tidak berterima kasih kepada manusia” (HR Al Bukhori dalam Al Adab Al Mufrod)
Hadits ini mengandung dua pengertian:
Pertama.
Orang yang tabiat dan kebiasaannya tidak mau berterima kasih terhadap kebaikan orang, biasanya ia juga mengingkari nikmat Alloh Ta’ala dan tidak mensyukuri-Nya.
Kedua.
Alloh Ta’ala tidak menerima syukur hamba kepada-Nya apabila hamba tersebut tidak mensyukuri kebaikan orang, karena dua hal ini saling berkaitan.
Orang yang tidak bisa mensyukuri pemberian orang meskipun hanya sedikit, bagaimana ia akan bisa mensyukuri pemberian Alloh yang tak terbilang?! Allah berfirman,
“ Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS An Nahl ayat 18)
CARA BERTERIMA KASIH
Rasululloh  bersabda, “Barang siapa diperlakukan baik (oleh orang), hendaknya ia membalasnya. Apabila ia tidak mendapatkan sesuatu untuk membalasnya, hendaknya ia memujinya. Jika ia memujinya, maka ia telah berterima kasih kepadanya; namun jika menyembunyikannya, berarti ia telah mengingkarinya..” (HR Bukhori dalam Al Adab Al Mufrod. LihatShohih Al Adab Al Mufrod no.157)
Dari hadits di atas dapat kita simpulkan bahwa hal yang terkecil yang dapat kita lakukan ketika menerima kebaikan dari orang lain adalah dengan memujinya. Diantara bentuk pujian yang paling bagus adalah ucapan yang diajarkan Nabi,
Sebagaimana ungkapan Rosululloh , “Barang siapa diperlakukan baik lalu ia mengatakan kepada pelakunya, ‘Jazakallohu khoiron (Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan), ‘ ia telah tinggi dalam memujinya.” (Shohih Sunan At-Tirmidzi no.2035)
Ucapan di atas adalah sebagai bentuk terima kasih kepada orang lain yang telah berbuat baik kepada kita. Di tengah masyarakat, ungkapan rasa terima kasih lebih umum diucapkan dengan kata “ terima kasih “, “matur nuwun”, dan masih banyak lagi uangkapan-ungkapan terima kasih yang lain.
MEMBALAS BUDI MEREKA
Diceritakan oleh Aisyah dia berkata “Adalah Rosululloh SAW menerima hadiah (pemberian selain shadaqah) dan membalasnya.” (Shohih Bukhori no. 2585)
Berbalas budi  disamping merupakan akhlak yang disukai oleh Islam dan terpuji di tengah masyarakat – adalah salah satu cara untuk mencegah timbulnya keinginan mengungkit-ungkit pemberian yang bisa membatalkan amal pemberian.
Bentuk membalas kebaikan orang sangat banyak ragam dan bentuknya. Tentu saja setiap orang membalas sesuai dengan keadaan kemampuannya. Jika seseorang membalas dengan yang sepadan atau lebih baik, inilah yang diharapkan. Jika tidak, maka memuji orang yang member  di hadapan orang lain, mendoakan kebaikan, dan memintakan ampunan baginya, juga merupakan bentuk membalas kebaikan orang.
Sahabat Jarir bin Abdillah Rodiallohu ‘anhu sangat kagum dengan pengorbanan orang-orang Anshor. Oleh karena itu, ketika melakukan perjalanan dengan sahabat Anas bin Malik Rodiallohu ‘anhu  yang termasuk orang Anshor , beliau memberikan pelayanan dan penghormatan kepada Anas, padahal beliau lebih tua darinya. Anas menegur Jarir supaya tidak memperlakukan dirinya dengan perlakuan istimewa. Akan tetapi, Jarir beralasan bahwa orang-orang Anshor telah banyak berbuat baik kepada Rosululloh , sehingga Jarir bersumpah akan memberikan pelayanan dan penghormatan kepada orang-orang Anshor. (Lihat Shohih Muslim no. 2513)
Semoga kita mampu berterima kasih kepada orang yang telah berbuat baik kepada kita, sehingga nantinya kita termasuk ke dalam hamba-hamba yang bersyukur kepada-Nya. (Sumber: swaraquran/jogja).



0 Komentar